Bandung Angkot Day

Kalau bicara mengenai Kota Bandung, tentu tidak lepas dari angkot. Angkot adalah alat transportasi andalan warga Bandung. Ditengah semakin padatnya lalu lintas kota Bandung akibat di penuhi kendaraan pribadi terutama pada saat “Peak Hour“. Namun dari sisi pengguna angkot sendiri banyak keraguan untuk menggunakannya.

Rawan kriminalitas di angkot dengan adanya berita-berita kriminal di media massa, tarif mahal akibat kenaikan BBM dan lebih hemat secara pengeluaran jika dibandingkan dengan kendaraan pribadi, dan seringnya ngetem sehingga bisa terlambat dalam berkegiatan. Namun dari sudut pandang supir angkot, mereka punya alasan tersendiri. Kriminalitas di angkot tidak setiap saat terjadi, butuh pendapatan yang lebih untuk memenuhi setoran dan kebutuhan hidup sehari-hari. Masalah ngetem pun mereka anggap wajar karena tidak mungkin angkot berjalan tanpa penumpang karena dari mana nanti dapat penghasilannya.

“Yo lapa lapa (Kalapa), hari ini gratis ak”

Bandung Angkot Day adalah gerakan angkot gratis agar warga Bandung yang semula memakai kendaraan pribadi beralih ke angkot yang dilakukan pada tanggal 20  September dari pukul lima pagi hingga pukul tujuh malam. Hanya satu trayek yang diberlakukan bebas biaya yaitu trayek Kalapa – Dago. Kebetulan sekali trayek ini yang selalu saya gunakan untuk mulai beraktifitas setiap paginya. Seperti biasa saya mulai aktifitas pagi dengan menunggu angkot, namun pagi ini beda. Saya sengaja menunggu angkot dengan trayek Kalapa – Dago. Bisa dibilang angkot hijau strip orange ini cukup sering lewat. Kira-kira lima menit sekali saya pasti menjumpainya. Yang menarik pagi itu adalah sapaan supir angkot ketika saya masuk, “Yo lapa lapa (Kalapa), hari ini gratis ak”. Tidak hanya itu, angkot sama sekali tidak ngetem, dan spesialnya lagi supirnya pun tidak ngerem mendadak seperti biasanya ketika menaikan atau pun menurunkan penumpang.

Memang secara tarif, untuk jarak dekat termasuk mahal. Untuk jarak sekitar 1.5 km saja saya harus mengeluarkan dua ribu rupiah. Namun jika dibanding kota lain, pemberlakuan tarif progresif bisa dikatakan tidak terlalu mahal karena ada istilah jika kita naik bus “Jauh Dekat Seribu” walau sekarang tarif bus sudah mencapai tiga ribu rupiah. Disisi lain, naik angkot itu tidak secapek jika dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi apalagi ketika.Memang mungkin dari segi keamanan dan kenyamanan perlu ditingkatkan mulai dari etika menyupir hingga peremajaan angkot. Tentu, event ini akan sia-sia jika tidak ada peran dari kedua belah pihak baik penumpang yang mulai berpindah dari transportasi pribadi ke transportasi publik ataupun dari supir dan pengelola untuk lebih bertanggung jawab dengan penumpangnya dengan meningkatkan keamanan dan kenyamanan.

Leave a comment